Beranda | Artikel
Jika Safarnya Mudah, Sebaiknya Puasa atau Tidak? Syaikh Saad al-Khatslan #NasehatUlama
Rabu, 12 April 2023

Pertanyaan kedua, dia menyebutkan tentang seseorang yang safar dengan pesawat.
Dia menyebutkan bahwa seseorang pergi umrah ke Jeddah.

Namun, (dalam konteks ini) safar ke mana saja.
Apakah kita katakan bahwa yang afdal baginya
saat safar di siang hari bulan Ramadan adalah tidak berpuasa
ataukah menyempurnakan puasanya jika tidak merasa berat?

Jika dia merasa berat,
maka yang afdal baginya adalah tidak puasa,
karena dengan ini dia telah mengambil rukhsah dari Allah ʿAzza wa Jalla.
“Allah Taʿālā Menyukai jika rukhsah-Nya dilaksanakan.” (HR. Ibnu Hibban)

Adapun jika dia tidak merasa berat,
maka yang afdal baginya adalah berpuasa,
karena ini lebih cepat dalam menunaikan kewajibannya.

Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam sendiri dalam sebagian safarnya tidak puasa
dan dalam kesempatan safar yang lain berpuasa.
Nampaknya—dan Allah Yang Lebih Mengetahui— bahwa ini berbeda sesuai kondisinya.

Jadi, dalam beberapa kesempatan, beliau tidak puasa karena merasa berat bersafar.
Dalam kesempatan lain, beliau tidak merasa berat,
karena beliau ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām ketika itu ada yang melayaninya
dari kalangan Sahabat, bahkan mereka saling berlomba melayani beliau.

Jadi, dalam sebagian safar beliau tidak merasa berat sehingga tetap berpuasa.
Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis bahwa dalam suatu safar
tidak ada seorang sahabat pun yang berpuasa
kecuali Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam dan Abdullah bin Rawahah.

Ini menunjukkan bahwa jika seseorang merasa berat
dalam perjalanannya jika berpuasa,
maka yang afdal baginya adalah tidak berpuasa.

Adapun jika seseorang tidak merasa keberatan,
maka yang afdal baginya adalah berpuasa,
apalagi di zaman kita ini dengan adanya berbagai kemudahan,
seperti mudahnya moda transportasi dan adanya perangkat penyejuk udara (AC).

Pada tingkatan tertentu seseorang terkadang tidak merasa berat dan sulit
saat dia di dalam mobil ada penyejuk udaranya,
dan saat naik pesawat juga ada penyejuk udaranya,
sehingga puasanya tidak terasa berat baginya.

Jika dia tidak merasa berat ketika puasa,
maka yang afdal baginya adalah berpuasa,
walaupun tidak puasa juga boleh.
Boleh tidak puasa, karena pembahasan ini hanya tentang mana yang afdal saja.

====

السُّؤَالُ الثَّانِي تَقُولُ مَنْ يُسَافِرُ بِالطَّائِرَةِ

هِيَ ذَكَرَتْ أَنَّهُ ذَهَبَ لِلْعُمْرَةِ إِلَى جِدَّة

لَكِنْ إِلَى أَيِّ مَكَانٍ

هَلْ نَقُولُ الْأَفْضَلُ لَهُ

إِذَا سَافَرَ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ أَنْ يُفْطِرَ

أَوْ أَنْ يُكْمِلَ صِيَامَهُ إِذَا لَمْ يَجِدْ مَشَقَّةً؟

إِذَا كَانَ يَجِدُ مَشَقَّةً

فَالْأَفْضَلُ فِي حَقِّهِ الْفِطْرُ

لِأَنَّ فِي هَذَا أَخْذًا بِرُخْصَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

الله تَعَالَى يُحِبُّ أَنْ تُؤْتَى رُخَصُهُ

أَمَّا إِذَا لَمْ يَجِدِ مَشَقَّةً

فَالْأَفْضَلُ فِي حَقِّهِ الصَّوْمُ

وَذَلِكَ لِأَنَّ هَذَا أَسْرَعُ فِي إِبْرَاءِ ذِمَّتِهِ

وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ كَانَ مُفْطِرًا

وَفِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ كَانَ صَائِمًا

وَيَظْهَرُ وَاللهُ أَعْلَمُ أَنَّ هَذَا كَانَ يَخْتَلِفُ بِاخْتِلَافِ الْحَالِ

فَفِي بَعْضِ الْأَحْوَالِ وَجَدَ مَشَقَّةً فَأَفْطَرَ

وَفِي أَحْوَالٍ أُخْرَى لَمْ يَجِدْ مَشَقَّةً

لِأَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ كَانَ هُنَاكَ مَنْ يَخْدِمُهُ

مِنَ الصَّحَابَةِ بَلْ يَتَسَابَقُونَ عَلَى خِدْمَتِهِ

فَفِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ لَمْ يَجِدْ مَشَقَّةً فَلَمْ يُفْطِرْ

كَمَا جَاءَ فِي الْحَدِيثِ أَنَّهُ كَانَ فِي إِحْدَى سَفَرَاتٍ

وَمَا فِي الصَّحَابَةِ صَائِمٌ

إِلَّا رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ

فَهَذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ إِذَا كَانَ يَلْحَقُ الْإِنْسَانَ الْمَشَقَّةُ

فِي سَفَرِهِ بِتَرْكِ الْفِطْرِ

فَالْأَفْضَلُ فِي حَقِّهِ الْفِطْرُ

وَإِذَا كَانَ لَا يَلْحَقُهُ مَشَقَّةٌ

فَالْأَفْضَلُ فِي حَقِّهِ الصَّوْمُ

خَاصَّةً فِي وَقْتِنَا الْحَاضِرِ مَعَ تَيَسُّرِ الْأُمُورِ

وَتَيَسُّرِ وَسَائِلِ الْمُوَاصَلَاتِ وَأَجْهِزَةِ التَّكْيِيفِ

فَأَحْيَانًا الْمُسَافِرُ لَا يَجِدُ عَدَدَ دَرَجَاتِ الْحَرَجِ وَالْمَشَقَّةِ

وَهُوَ فِي السَّيَّارَةِ فِيهَا مُكَيِّفٌ

وَيَرْكَبُ الطَّائِرَةَ أَيْضًا فِي التَّكْيِيفِ

فَلَا يَجِدُ مَشَقَّةً فِي الصَّوْمِ

فَإِذَا كَانَ لَا يَجِدُ مَشَقَّةً فِي الصَّوْمِ

فَالْأَفْضَلُ فِي حَقِّهِ الصَّوْمُ

وَإِنْ كَانَ الْفِطْرُ يَجُوزُ لَهُ

الْفِطْرُ يَجُوزُ لَهُ وَلَكِنَّ الْكِلَامَ فِي الْأَفْضَلِيَّةِ فَقَطْ


Artikel asli: https://nasehat.net/jika-safarnya-mudah-sebaiknya-puasa-atau-tidak-syaikh-saad-al-khatslan-nasehatulama/